Belakangan ini saya mulai menganggap banyak orang yang gagal dalam berpikir, termasuk saya yang tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang yang jelas-jelas berstatus sebagai tersangka justru dibela oleh para pengikutnya, hingga ayahnya yang notabene seorang pemuka agama yang pastinya mempunyai nama baik dan tersohor dilingkungan tempat tinggalnya Minggu ini saya dibuat tidak habis pikir hingga gagal berpikir oleh berita pencabulan yang dilakukan disekolah yang notabene berbasis agama. Gilanya, yang melakukan pencabulan adalah anak seorang pemuka agama yang mungkin disegani diwilayah tersebut. Bahkan ada video yang beredar dimana pemuka agama tersebut meminta kepada polisi yang datang agar anaknya tidak ditangkap (lha ??). Keterkejutan saya tidak hanya sampai dititik itu. Beberapa hari kemudian diberitakan kalau kepolisian sampai harus mengepung pondok pesantren selama beberapa jam untuk melakukan penjemputan kepada tersangka, bahkan ada polisi yang sampai harus disiram air pan...
Menunggu menunggu dan menunggu, itu adalah
pekerjaan paling membosankan sedunia. Dan itulah yang saat ini sedang di
rasakan Liz, setidaknya sudah hampir 20 menit lebih ia berdiri sendiri di halte
untuk menunggu angkutan umum yang hendak ia tumpangi. Rasa kesal dan bosan menghinggapinya,ia
lalu melempar botol air mineral yang isinya sudah habis ia minum.
“Selamat ulang tahun sayang.. “. Liz menoleh ke
arah sumber suara. Terlihat seorang pria dan wanita yang terlihat kotor dan
lusuh memberi ucapan selamat thd seorang anak kecil yang baru berusia sekitar 7
tahunan yang sedang bediri di sebuah gerobak. Sepertinya mereka satu keluarga
manusia gerobak yang memang sering berkeliaran di jalanan ibukota.
Si ayah terlihat memegang kantong plastic hitam yang
di sembunyikan di balik badannya, seperti ingin memberikan hadiah kepada
anaknya.
“Selamat ulang tahun anakku..” ujar si ayah, yang
kemudian mengeluarkan isi dari plastic hitam di tangannya. Liz merapatkan
kacamatanya, ia ingin tahu apa yang akan di berikan si ayah untuk anaknya.
“Ini untukmu.. “ ujar si ayah seraya memberikan
paha ayam dan nasi pada anaknya. Ia lalu mengambil 2 buah tempe
dan nasi yang tersisa, kemudian membagi dua nasi dan tempe tersebut untuk istrinya. Mereka lalu
terlihat makan bersama.
“Ibu
mau..??” ujar si anak dengan polosnya sambil menyodorkan bungkusan ayam
miliknya. Si ibu hanya tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya
“Tidak, ibu tidak suka ayam, untukmu saja. Ibu
sudah kenyang“
Si anak tersenyum lebar sambil kembali menyantap
ayam goreng yang ada di hadapannya.
“Ayah…??”
“Sudah kenyang..” ujar si ayah singkat
Liz hanya terdiam melihat kejadian tersebut yang
hanya berjarak kira kira 5 meter dari hadapannya. Ya, orang tua adalah
pembohong besar, ia akan berkata ‘tidak suka’ walaupun sebenarnya ia sangat
menyukainya, akan berkata ‘kenyang’ walaupun sebenarnya ia sangat lapar. Tipikal
seorang manusia dengan senyum palsu yang tak jarang menghiasi wajahnya, dengan
harapan ia bisa melihat senyum lain dari anaknya. Seorang anak yang sangat di
cintainya.
Liz lalu berlari menghampiri kedai ayam goreng yang
memang tak jauh dari halte tempatnya menunggu, ia lalu memesan 2 bungkus ayam
dan nasi, lalu meminta pelayan di kedai tersebut memberikan pesanan nya kepada
keluarga manusia gerobak yang tadi. Ya, setidaknya mereka dapat merayakan ulang
tahun anaknya tidak dengan perut kosong yang terkesan sudah terisi, hanya
dengan kata ‘kenyang’.
Komentar
Posting Komentar