Belakangan ini saya mulai menganggap banyak orang yang gagal dalam berpikir, termasuk saya yang tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang yang jelas-jelas berstatus sebagai tersangka justru dibela oleh para pengikutnya, hingga ayahnya yang notabene seorang pemuka agama yang pastinya mempunyai nama baik dan tersohor dilingkungan tempat tinggalnya Minggu ini saya dibuat tidak habis pikir hingga gagal berpikir oleh berita pencabulan yang dilakukan disekolah yang notabene berbasis agama. Gilanya, yang melakukan pencabulan adalah anak seorang pemuka agama yang mungkin disegani diwilayah tersebut. Bahkan ada video yang beredar dimana pemuka agama tersebut meminta kepada polisi yang datang agar anaknya tidak ditangkap (lha ??). Keterkejutan saya tidak hanya sampai dititik itu. Beberapa hari kemudian diberitakan kalau kepolisian sampai harus mengepung pondok pesantren selama beberapa jam untuk melakukan penjemputan kepada tersangka, bahkan ada polisi yang sampai harus disiram air pan...
Malam itu suasana di kampung
mulai sepi seperti biasanya, pohon pohon yang biasanya menjadi tempat ku
bernaung mulai berkurang, berganti dengan tempat tinggal penduduk dan tiang
tiang dengan tali yang menjuntai panjang, entah itu kea rah tiang lainnya, atau
mungkin kearah rumah penduduk. Sesekali terdengar suara lolongan hewan yang
menjadi pemecah kesepian kampung ini.
Aku melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, mencengkran kuat tiap batang pohon yang berhasil ku gapai, merayap perlahan di atas tali tali panjang yang menjuntai jauh di atas tanah. Perutku lapar, dan memang hanya setiap malam lah aku akan keluar mencari sesuatu yang bisa ku makan, bersembunyi di balik gelapnya malam dan tak jarang harus berhadapan dengan mata mata lain yang kadang mengintaiku.
Aku terus berjalan dan melompat,
mengadalkan mataku yang memang sudah terbiasa dengan suasana gelap, hingga
akhirnya aku menemukan pohon dengan buah yang cukup baik. Aku lalu melompat
turun menghampiri pohon pendek tersebut yang berada lebih di bawah di banding
pohon tempatku berdiri saat ini. Mengendus perlahan makanan yang akan mengisi
perutku yang lapar, dan mulai makan secara lahap.
“Srekk..srekk,,, “ suara itu
membuatku waspada, aku melihat sekelilng, mencoba memastikan aku aman dari
pengintai lain. Mataku mulai waspada mencoba kembali memastikan keadaan di
sekelilingku dalam gelap, dan menyakinkanku bahwa aku aman. Hingga akhirnya
dengan cepat mahluk besar itu datang, aku mencoba berlari, namun terlambat, ia
mencengkram tubuhku yang berbulu dengan keras. DAlam ketakutan u aku mencoba
melawan, mencakarnya balik dengan kuku kuku ku yang tajam, badanku mulai lemas ketika
ia memabantingku, salah seorang teman nya datang dan menghantamkan sebilah kayu
ke arahku yang semakin merasakan sakit yang sangat pada tubuhku. Aku mulai tak
bisa bergerak, dalam kesadarannku yang semakin menurunku aku hanya bisa
berharap mereka pergi dan meninggalkan ku.
Aku mulai sadar, tubuhku masih
merasakan sakit yang sama. Dan hal yang pertama kulihat ketika aku membuka
mataku adalah besi panjang yang menggelilingiku. Aku terkurung, tempat ini terlalu
sempit bagiku yang biasa hidup bebas.
“musangnya masih idup thu .. “
begitu beberapa mahluk besar yang ada di hadapanku berkata sambil menunjukku,
yang aku tak tahu apa maksudnya. Yang bisa klakukan hanya terus bergerak,
berharap aku segera bisa keluar dari tempat sempit ini, tempat yang membungkam
tubuhnku, hingga akhirnya aku menyerah, terduduk lemas, menangis, dan merasa
takut, melihat kerumunan yang masih sejenis dengan mahluk besar yang tadi
menangkapku semakin banyak dan mulai mengerumuniku, tak jarang ada yang dari
mereka menyiramku atau mungkin memukul mukul besi panjang yang menggelilingiku,
yang semakin membatku takut.
“Ini mau di apain nih musang.”
“Udah biarin aja dulu, gw juga
belum tahu mau di apain .. “
Itulah kalimat terakhir yang aku
dengar dari balik besi yang menggelilingiku, aku tak mengerti apa maksudnya,
hanya saja..
Apa salahku pada mereka ?? Toh,
aku hanya mencari makan untuk bertahan hidup. Aku tak menganggu mereka, aku
bahkan tak kenal siapa mereka.
Pertanyaan dalam benakku yang
membawaku jauh ke dalam tidur ku. Tidur pertama yang sangat menyiksa ku, dengan
rasa takut dan sakit di seluruh tubuhku
Komentar
Posting Komentar