Langsung ke konten utama

Berhenti Berfikir

  Belakangan ini saya mulai menganggap banyak orang yang gagal dalam berpikir, termasuk saya yang tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang yang jelas-jelas berstatus sebagai tersangka justru dibela oleh para pengikutnya, hingga ayahnya yang notabene seorang pemuka agama yang pastinya mempunyai nama baik dan tersohor dilingkungan tempat tinggalnya Minggu ini saya dibuat tidak habis pikir hingga gagal berpikir oleh berita pencabulan yang dilakukan disekolah yang notabene berbasis agama. Gilanya, yang melakukan pencabulan adalah anak seorang pemuka agama yang mungkin disegani diwilayah tersebut. Bahkan ada video yang beredar dimana pemuka agama tersebut meminta kepada polisi yang datang agar anaknya tidak ditangkap (lha ??). Keterkejutan saya tidak hanya sampai dititik itu. Beberapa hari kemudian diberitakan kalau kepolisian sampai harus mengepung pondok pesantren selama beberapa jam untuk melakukan penjemputan kepada tersangka, bahkan ada polisi yang sampai harus disiram air pan...

Friend.




31 Mei 2014..  Ya, tepat 10 hari sudah Angel pergi, dan rasa kehilangan itu masih terasa bagi Sammy. Mungkin ekspresi wajah dan gesture tubuhnya bisa berbohong, Tawa lepas yang biasa tergaris di wajahnya hanyalah sebuah topeng belaka, untuk menutupi semua kesedihan yang dirasa, seolah ingin membawa semua beban itu sendiri..

Tok tok tok..  “Sam.. “

Sammy terbangun dalam lamunan bodohnya di dini hari itu. Suara ketukan pintu itu seolah membuyarkan beberapa hal yang ada di kepalanya. Ia diam sejenak, hatinya ragu untuk menjawab Liz yang berada di balik pintu kamarnya. Toh, sejujurnya ia tak ingin Liz tahu kalau ia masih terjaga.

“Gw masuk ya Sam, gw tahu kq lu belom tidur.. “ ujar Liz kali ini yang langsung menurunkan handle pintu kamar Sammy kearah bawah. Sammy hanya punya waktu beberapa detik menahan nafasnya dan merapikan sedikit wajahnya yang terlihat sembab, sebeum Liz masuk kamarnya yang gelap yang hanya ada cahaya dari laptopnya dan lampu jalan yang menerobos masuk melalui jendela kamarnya. Sepertinya mulai hari ini ia harus mulai belajar mengunci pintu kamarnya ketika malam.

Pintu terbuka, Liz lalu langsung menyalakan saklar lampu di kamar Sammy yang berada tepat di depannya, Dan kini ia melihat dengan jelas bagaimana sembab dan kuyunya wajah Sammy, sepertii orang yang tidak di kenalnya.

“Lu mau sampe kapan begini terus Sam ??”
“Maksud lu .. “ jawab Sammy enteng.

“Iya, ngelamun tiap malam sambil ngeliat laptop  lu.. Plis, jangan rusak diri lu sendiri.. “

“Gw penulis Liz, emang kerja gw kaya gitu. Suasana kaya gini justru yang buat gw dapet ide.. “

“Lu bisa nipu orang pake alesan itu. Tapi gak gw Sam, inget, kita temenan dari kecil, gw udah tahu banget sama lu..”

Sammy diam beberapa detik mendegar jawaban Liz. Untuk beberapa saat dadanya terasa sesak, kerongkongan nya seolah penuh, seperti ada seseuatu mendorong keluar dari kerongkongannya. Ia manarik panjang nafasnya, melihat Liz yang memandangnya dengan wajah yang gusar.

“Semuanya gak segampang gw pikir Liz.. “ ujar Sammy pelan, sambil menunduk. Matanya menatap kosong ke arah lantai. Liz mendekat beberapa langkah ke arah Sammy, lalu duduk di atas kasur Sammy yang berada tepat di samping meja kerja dan kursi dimana Sammy duduk sekarang.

“Sam, gw ngerti perasaan lu. Kita kehilangan orang yang sama., gw juga sayang kq sama Angel. Sikap lu yang kaya gini gak akan membuat semuanya jadi lebih baik Sam, gw yakin Angel juga gak mau ngeliat lu down terus. Cerita Sam klo beban lu berat, gw di sini buat itu.. “ ujar Liz pelan.


Well, human is unique. When you have a trouble, sometimes what you need is not a solutions, not the answer of that troble, but only a friend. A friend who can learn you well.

Komentar