Hari itu saya mengamuk gila, entah kemasukan setan apa, saya mulai berteriak dengan keras, meluapkan semua kekesalan yang saya punya, berharap hilang dan lenyap. Ada respon balik berupa takut dan gemetar yang sangat, yang akhirnya membuat saya merasa bersalah dan berdosa
Kenapa juga saya bisa marah sampai segitunya ?
Setan apa yang masuk ke badan saya ?
Atau memang sebenarnya tidak ada setan yang masuk, hanya sayalah yang memang setan sedari awal ?
Gemetaran yang dirasakannya membuat saya tersadar bahwa mungkin saya memang sudah menjadi setan, menjadi mahluk sial yang lupa balas budi, lupa terima kasih, tidak tahu diri, lupa ini, lupa itu, dan lain sebagainya.
Batin saya yang lainnya mencoba membela saya ketimbang menyudutkan saya (oh ya, saya bukan penderita biopolar ya :D )
Batin saya bilang, kalau saya sampai seperti itu ya wajar. Toh saya hanya manusia biasa yang memang memiliki batas untuk semua hal, batas kesabaran, batas kebaikan dan uang yang terbatas pastinya. Saya bukanlah Tuhan Yesus yang tidak terbatas serta panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Sebagai manusia biasa saya pasti punya masalah, entah itu masalah dengan orang, atasan, binatang liar atau mungkin dengan hewan peliharaan. Yang pasti kejadian kemarin membuat saya kembali mengoreksi bagaimana seharusnya saya bisa merespon hal-hal kecil yang seharusnya tidak menjadi masalah.
Tahun 2020 lalu, issue kesehatan mental sungguh membuka mata saya, membuat saya melihat manusia menjadi lebih utuh, tidak hanya secara jasmani, tapi secara rohani. Entah iya atau tidak, tapi ya bukan tidak mungkin saya punya masalah di kesehatan mental saya. ya, menjadi orang yang mengalah terus menerus bukanlah hal yang mudah, toh satu sisi saya masih punya harapan untuk diri saya sendiri, saya masih memiliki ego saya sendiri, yang mungkin selama ini lebih saya tekan, mencoba menyadari keadaaan dan realita yang terkadang memuakkan.
Hal memuakkan yang coba saya tekan dengan bilang pada diri saya yang mungkin naif ini bahwa saya masih punya banyak alasan untuk berterima kasih kepada Tuhan, setidaknya untuk satu hari ini, satu hari itu dan satu hari lainnya.
Belajar merespon 'baik' (gunakan kutip) dengan keadaan yang mungkin sedang tidak baik tidak mudah memang, tapi saya masih bersyukur untuk diingatkan.
Diingatkan bahwa bla bla bla wawaa waww wawww waa...
ya ya, isi sendiri saja ....
Jakarta 19/01/2021
*semoga saya bisa terus konsisten menumpahkan isi kepala saya, iya iya, biar tidak kepenuhan, overload, dan meledak dengan seenaknya :)
Gbr : https://id.depositphotos.com/13755967/stock-illustration-exploding-head.html
Komentar
Posting Komentar