Ada beberapa hal yang saya
dapatkan tahun 2020. Saya menginstall quara, sebuah sosial media berupa
pertanyaan dan jawaban mengenai hal-hal sehari-hari yang biasanya jawabannya
berupa sharing/pengalaman hidup seseorang yang dibagikan disana.
Dan saya menemukan banyaknya
masalah mengenai diri sendiri, dimana banyak orang yang sering struggle mengenai dirinya sendiri,
membenci dirinya sendiri hingga ada yang bahkan pernah berniat bunuh diri. Entah,
saya hanya merasa bahwa ternyata bukan saya saja yang mengalami masalah yang
sama. Saya pernah ada di posisi membenci diri saya sendiri, bahkan sampai
sekarang pun terkadang rasa benci itu masih suka datang.
Saya benci rambut saya dulu yang
berwarna putih yang membuat saya terlihat berbeda hingga tidak jarang menjadi
bahan bully, saya benci rambut saya yang bergelombang ini yang tidak bisa di
apa-apain, saya benci pada diri saya yang tidak bisa egois saya benci dengan
keadaan yang memaksa saya terus mengalah, saya benci diri saya ketika saya
harus menelan bulat-bulat amarah say.
Dari berbagai tulisan yang saya
baca, saya salut melihat seseorang yang mau mengakui dirinya secara utuh.
Mengakui bahwa dirinya hanyalah mahluk lemah, bahwa dirinya mungkin cengeng,
bahwa ia pernah di bully, pernah merasa kesepian dan tidak punya teman, pernah
depresi, ingin bunuh diri, dan lain sebagainya.
Karena saya tidak..
Saya enggan terlihat lemah, saya
enggan terlihat cenggeng, saya enggan menunjukkan kalau saya juga butuh ‘tempat
sampah’, saya juga enggan untuk menunjukkan ekspresi saya ketika saya memang
butuh waktu untuk bersedih.
Saya selalu menunjukkan bahwa
saya baik
Saya bodo amat
Saya gak baperan
Gampang move on
Padahal ada kalanya saya tidak
baik
Ada kalanya saya bersedih, ketika
mengalami penolakan, ketika merasa tidak di terima oleh lingkungan tertentu,
ketika saya merasa usaha saya tidak di hargai, atau mungkin yang belum lama
saya alami ketika saya merasa di musuhi tanpa tahu alasan yang pasti.
Menunjukkannya saja saya enggan,
apalagi mensharingkannya.
Saya lebih suka menceritakan
semua masalah pribadi saya dalam sebuah cerpen. Melampiaskannya, dan menyangkal
bahwa cerita itu adalah mengenai saya. Saya yang pengecut, yang terdiri dari
berbagai kekurangan yang tidak pernah saya akui dan terus menerus saya sangkal.
Pengampunan
Dari beberapa cerita dan sharing yang saya baca mengenai pengakuan diri, saya melihat bahwa pengampunan dan mencintai diri sendiri adalah cara terbaik untuk memperbaiki pola pikir yang salah ini.
Saya mungkin belum mengampuni diri saya ini secara utuh, tidak mencintai diri saya sendiri sehingga yang terjadi adalah kemarahan yang terpendam yang justru terus merusak saya
Saya ingin belajar mengampuni
diri saya sendiri, belajar menerima keadaan yang mungkin menyesakkan, keadaan
yang mungkin tidak baik, namun harus saya hadapi dan jalani.
Saya berterima kasih untuk mereka
yang mau dengan berani dan gamblang mengakui diri mereka yang mungkin lemah di
mata dunia, sesungguhnya bagi saya mereka jauh lebih kuat dibanding saya yang
penakut ini.
Bagi saya, butuh keberanian
ekstra untuk membuka ‘aib’ dan mengakui segala kekurangan yang pernah hinggap
dalam diri. Mengakui bahwa masa lalu kita mungkin memang tidak baik, namun
harus kita bereskan bukan di tutupi oleh waktu yang terus berjalan.
Di sini saya mau mengakui bahwa
saya pernah sakit hati, pernah bersedih, sampai saya mempertanyakan pada diri
sendiri, seberapa najis saya ini.
gbr : https://unsplash.com/photos/heSFq3NyGOY
https://www.wattpad.com/story/228930859-im-not-okay-but-thats-okay
Komentar
Posting Komentar