Langsung ke konten utama

Berhenti Berfikir

  Belakangan ini saya mulai menganggap banyak orang yang gagal dalam berpikir, termasuk saya yang tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang yang jelas-jelas berstatus sebagai tersangka justru dibela oleh para pengikutnya, hingga ayahnya yang notabene seorang pemuka agama yang pastinya mempunyai nama baik dan tersohor dilingkungan tempat tinggalnya Minggu ini saya dibuat tidak habis pikir hingga gagal berpikir oleh berita pencabulan yang dilakukan disekolah yang notabene berbasis agama. Gilanya, yang melakukan pencabulan adalah anak seorang pemuka agama yang mungkin disegani diwilayah tersebut. Bahkan ada video yang beredar dimana pemuka agama tersebut meminta kepada polisi yang datang agar anaknya tidak ditangkap (lha ??). Keterkejutan saya tidak hanya sampai dititik itu. Beberapa hari kemudian diberitakan kalau kepolisian sampai harus mengepung pondok pesantren selama beberapa jam untuk melakukan penjemputan kepada tersangka, bahkan ada polisi yang sampai harus disiram air pan...

Jakarta Aku Kan Kembali




Jakarta sepiiiii… Jakarta leggang…..

Enjoy Jakarta…

Yup itu adalah beberapa tweet serta status BBM teman teman saya yang memang cukup menikmati libur panjang kali ini tanpa harus bepergian keluar Jakarta dan hanya wara wiri di beberapa daerah di ibukota

Sepinya Jakarta adalah sebuah bukti sahih bahwa Jakarta selama ini lebih banyak di isi oleh warga pendatang yang mengadu nasib di Ibukota. Ketika lebaran dan musim mudik tiba, warga Jakarta (termasuk saya) tentunya akan sedikit di “repotkan” dengan minimnya  tukang tukang makanan yang biasanya wara wiri di depan rumah, dan “nemplok” dengan enaknya di pinggir jalan. Atau mungkin repot mengurus rumah tangga ketika di tinggal pembantu mudik.

Status Jakarta sebagi ibukota Negara seakan menjadi gula bagi ratusan bahkan ribuan pencari kerja di berbagai daerah untuk mengadu nasib di Jakarta. Bahkan tak sedikit dari para pencari kerja tersebut akan membawa sanak keluarganya atau teman teman nnya ketika musim mudik berakhir, yang tentunya akan berdampak semakin padatnya penduduk di ibukota.







Dalam hal ini saya tak sepenuhnya menyalahkan para pendatang, yang secara implicit memang mengakibatkan kepadatan di kota Jakarta, hanya saja saya membayangkan jika saja daerah asal mereka mampu lebih kreatif untuk menciptakan lapangan pekerjaan, tentunya mereka takkan berada di Jakarta, sykur jika mereka bisa sukses di Jakarta, jika hanya menjadi gelandangan, pengemis atau penjahat mungkin ??

Kemarin saya sempat membaca sebuah portal berita online, dengan judul “Satu Juta Pendatang Baru Bakal Sesaki Jakarta”. Berita tsb mengatakan bahwa sebagian dari pendatang adalah para pekerja tanpa keahlian (unskilled workers), yang akan berdampak pada berbagai hal, missal makin banyaknya PKL, sampai pada kemunghkinan tingginya angka kriminalitas.

Kenapa Jakarta ??

Ada sebuah kultur yang sebenarnya cukup positif di Indonesia, yaitu kultur saling tolong menolong. Dan inilah yang terjadi ketika para pendatang yang sebenarnya “berlebih sedikit “ di Jakarta, berniat “menolong” teman/keluarganya yang terkesan kekurangan di daerah dengan mengajaknya ke Jakarta. Apa yang akan terjadi di Jakarta, biarlah menjadi urusan nanti.

Saat ini, berbagai media sudah menyiarkan arus balik yang terjadi, dan tak sedikit yang berhasil mewawancarai para pendatang baru itu.

Jadi, untuk semua yang bilang Jakarta lenggang dan sepi. Nikmatilah.. Toh umurnya hanya seminggu sampai sepuluh hari.. Selebihnya selama 355 hari, kita akan kembali ke kenyataan di mana kepadatan menjadi rutinitas yang meski menyebalkan, tapi tak jarang di syukuri.  Percayalah mereka (pendatang) pasti akan kembali.


Created by 11-08-13 @ 10:35

Komentar